Kamis, 10 Februari 2011

my best friend's wedding

Hari Rabu kmaren gue baru dateng ke acara resepsi nya temen gue. Aneuke, temen gue semasa SD dan SMP. Dia tampak cantik, dan serasi dengan pasangannya. Dengan balutan kebaya warna abu-abu, ga berhenti ia memasang mimik bahagia. Gue yang sembari makan pun ga henti-hentinya mandangin sang mempelai. Sayang gue lupa untuk minta foto bareng eksklusif ma dia. Temen-temen gue pun yang sama lupanya. Entah kami yang memang terlalu larut dalam acara itu, ato emang kitanya yang otaknya ga nyampe saking kelamaan di jalan. Justru malah sepulang dari hajatan ini, kita malah asik poto-poto di pantai sebelah (kebetulan acara nya di wisma pinggir pantai) ampe matahari nyaris tenggelam.


di pantai bernarsism ria


Gue pun ga nyangka temen gue yang waktu itu maen karet bareng, pecicilan sewaktu jaman SD, kini udah bersanding di pelaminan dan menjadi suami orang. Dan sepulang dari sana, gue jadi berpikir (biasanya juga mikir, tapi yg ini laen). Kalo menurut gue pernikahan itu adalah suatu hal yang unik dan ajaib. Bayangin, kita bisa-bisanya memutuskan untuk menghabiskan seumur hidup kita dengan orang yang sama. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, hanya muka orang itu yang kita lihat pertama. Apa ga bosen yah? Maka dari itu harus ada cukup keberanian untuk memutuskan suatu pernikahan.

Sebuah hubungan yang lama juga tidak berarti akan berakhir ke jenjang pernikahan. Karena pernikahan tidak hanya seberapa lama kita mengenal seseorang. Tapi seberapa paham dan maklum kita terhadap pasangan kita. Paham dengan kejelekan sifatnya, dan maklum saat kebiasaan buruknya tak henti muncul.

Pernikahan juga bukan hanya tentang hidup bersama, tapi juga keyakinan. Keyakinan kita terhadap pasangan masing-masing. Yakin kalo dia emang adalah orangnya. Orang yg memang seharusnya berada di sisi kita hingga akhir nanti. Orang terpilih dan memilih cinta yang kita beri dan miliki (sedaaap!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada Kesan tanpa Kehadiranmu