Selasa, 05 April 2016

Review Film Raksasa Dari Jogja (Romantis, tanpa Pemanis Buatan)



poster film Raksasa Dari Jogja

Jadi beberapa waktu lalu, saya lagi beruntung banget. Kenapa? Karena secara tak terduga saya menang kuis di twitter yang diadain sama Bentang Pustaka. Kenapa dibilang beruntung? Karena seumur-umur, saya nggak pernah menang kuis apapun (Iyah, kasian, yah?) Nah, makanya sewaktu di kasi tau kalau saya menang, ya saya cuma ketawa-tawa ajah. Akhirnya ada juga yang kasian sama ketidakberuntungan saya.


Jadi kuisnya itu berhadiah tiket nonton gratis premier Raksasa Dari Jogja untuk 2 orang. Tapi acaranya itu di Epicentrum, Kuningan. Jauh banget, kan? Awalnya saya nggak yakin mau dateng apa nggak. Tapi untungnya ada teman saya yang di Jakarta kebetulan mau nemenin saya hari itu. Kapan lagi, kan? Bisa nonton film duluan sebelum release, ditambah  ada pemain-pemainnya juga yang bakal hadir. Menarik, ya?


Berbekal arahan hasil menggugel dan nekat. Karena ternyata hari itu bertepatan dengan demo para taxi biru. Saya sengaja nggak bilang ke orangtua saya, karena dijamin mereka nggak bakal ngasi ijin. Tapi alhamdulillah juga saya dan teman saya sampai dan pulang dengan utuh.


dulu tertarik beli, karena suka sama covernya

Okeiii,
Jadi, film Raksasa Dari Jogja (RDJ) ini berasal dari novel dengan judul yang sama. Dan saya sudah punya dan membaca bukunya sekitar 2 tahun lalu. Jadi alur ceritanya kurang lebih sudah tau, cuma bagaimana kisah di buku ini bercerita saya sudah lupa. Jadi, malamnya saya malah baca novel ini sampai habis. Dan saya menyesali tindakan bodoh saya ini. Karena dengan membaca dulu kisahnya di buku, bikin saya jadi sok kritis dan membanding-bandingkan dengan cerita aslinya di buku. Yang pada akhirnya saya jadi tidak menikmati filmnya sama sekali. Sama kayak waktu saya nonton Supernova dan Perahu Kertas.


dapet merchandise!


Untungnya cuma di awal-awal saja memang. Karena cerita di buku dan di film tidak semuanya sama. Walaupun jalan ceritanya tetap sama. Kisah Bian dan Gabriel. Dua pribadi yang punya fisik yang berbeda --kalau kata orang sini sih, jomplang-- dengan permasalahan dikedua sisinya.


narsis dahulu, nonton film kemudian

Sebelum review filmnya, jadi ada beberapa hal berbeda dengan yang ada di buku. Sebagian memang sengaja ditampilkan peran-peran baru, ada juga alur cerita yang diperlebar. Yang tidak dibahas di buku, di film semua diperjelas. Seperti sosok Gabriel yang diceritakan adalah seorang wartawan di salah satu surat kabar di Jogja yang terkenal kritis. Dan profesinya ini yang nantinya berhubungan erat dengan ayahnya Bian.





Beberapa  peran baru diantaranya, mas Angkola (yang diperanin oleh Dwi Sasono) sebagai bos Gabriel di kantornya. Lalu ada Rinta (Sahila Hisyam) jadi pacarnya Kevin. Ada Pras (Kiki Farel), yang kalau di buku namanya Joshua. Dan satu lagi Marcel Darwin, saya lupa namanya siapa di film ini, dia berperan sebagai teman Kevin, sekaligus senior Bian, yang tertarik dengan Bian.


Prescon, setelah film selesai


Walaupun ceritanya sedikit beda dengan di novel, tapi buat saya film ini menghibur. Cocok banget buat penonton abg jaman sekarang. Karena film ini, walaupun memang bercerita tentang remaja kuliahan dan permasalahan soal cinta, keluarga dan persahabatan, tapi yang saya suka adalah film ini tidak menjual kemewahan (macam sinetron di TV-TV itu, yang pake mobil mewah, dandanan n bla-bla-bla).


pengenalan beberapa karakter. Abrar disini mirip banget sama Petra Sihombing. Dan Ganteng pulak! :3

Kedua, film ini walaupun bergenre romantis (eh, iya kan?) film ini juga tidak mengekspos adegan sok romantis, macam peluk-cium- gendong (??) yang akhir-akhir ini juga rajin bener di tayangan remaja. Cerita di film ini tetap memberikan sisi romantis yang manis (dan bikin baperrr!) tanpa mencekoki penonton dengan adegan tadi. Persis macam film romantisnya Thailand, mereka sukses bikin penonton baper, padahal di film itu nggak ada adegan peluk-cium sama sekali, bahkan berpengan tangan pun enggak.





Film ini selain menghibur juga memberikan pesan moralnya sendiri, tanpa menggurui atau menceramahi penonton. Cocoklah buat para remaja yang ingin hiburan, tapi nggak sekedar hiburan remah-remah dengan menonjolkan tampang pemainnya.


Dan karakter Bianca, buat saya, diperanin dengan bagus oleh Karina Salim. Saya, sih emang nggak ngerti apa-apa soal akting. Tapi buat saya, sebagai pembaca novelnya, Karina Salim ini mampu membuat karakter Bian yang pendiem dan introvert ke dalam dirinya. Pas, nggak berlebihan. Apalagi saat adegan emosi Bian yang meledak-ledak ketika di rumah sakit. Itu kereen banget, saya bisa ikut ngerasain emosinya Bian yang meluap-luap.


Dan, karakter yang bikin segar di film ini yaitu, mas Angkola yang diperanin dengan pas juga sama Dwi Sasono. Walaupun karakternya ini bisa dibilang bukan baru juga, sih. Karena kayanya karakter nyentrik macam ini sudah sering dimainkan oleh Dwi sasono. Tapi emang, mas Angkola ini yang bikin sepanjang film bikin saya ketawa mulu. Konyol abis. Saya nggak bisa ngebayangin kalau beneran ada pimpinan surat kabar macam dia. Media macam apa yang tahan dengan bos konyol kaya gini? Bisa-bisanya pegawai yang lulusan UI, lalu pernah kerja di luar negeri, tapi di sini dia cuma jadi tukang ketik dan tukang bikin kopi? Sumpah kocak abis! Nggak kebayang kalau saya punya atasan kaya gitu, nggak tau bakal stress atau justru terhibur.


sekali-kali, foto bareng orang cakep, siapa tau cantiknya nular! :D


Dan pendatang baru, Abrar Adrian, yang beneran asli badannya besar. Dan saya baru tau kalau ternyata dia ini atlet basket, pantes badannya bisa gede gitu. Aktingnya bolehlah, walau di awal-awal saya ngerasa masih datar, tapi lama-lama dapet juga, Tapi nggak tau kenapa, ya, ada beberapa adegan di film ini yang ngingetin saya sama adegannya AADC. Saat Gabriel dikeroyok preman, juga saat Gabriel pas lagi ngomong sama Bian di depan Kevin dkk. Disitu saya merasa agak dejavu aja, sih.



Tapi film ini layak untuk ditonton. Bagus. Aktingnya keren-keren. Dan yang pasti film yang amat menghibur karena saya menikmati film ini sampai habis. Jadi, kapan kamu mau nonton?






Selasa, 15 Maret 2016

Jalan - jalan, Sis! (Menara Suar Cikoneng)





Beberapa minggu yang lalu, saya bertemu lagi dengan salah satu teman saya. Saya pertama kalinya bertemu dengannya sewaktu kami sama-sama mengikuti trip ke Baduy yang digagas oleh Gong Production 2014 silam. Setelah beberapa lama kami hilang kontak, akhirnya kami ketemu lagi di facebook. Bertanya ini-itu, lalu berlanjut ke whatsapp. Kami langsung klop, karena emang selain sama-sama suka jalan, dan Sheila on 7, kami berdua juga punya kampung yang sama, Purwokerto. Dan lucunya, walaupun sudah cukup lama tingga di Serang, tapi logat jawanya masih amat kental. Dan saat akhirnya saya ketemu lagi kemarin, ternyata logatnya masih sama, medok :D






Awalnya saya ngajak teman saya ini untuk bertemu, karena memang hampir dua tahun kita tidak bertemu fisik. Sampai akhirnya dia bilang dia minta dianterin ke beberapa tempat di Serang. Yaudah,  dengan senang hati saya menyetujui. Karena emang dasarnya saya suka jalan kemana aja. Awalnya teman saya ini ingin melihat sisa-sisa peninggalan Kerajaan Banten, yang terletak di daerah Banten Lama, namun teman saya berubah haluan ingin melihat Mercusuar Anyer. Dan akhirnya diputuskan Sabtu ini, kami berdua akan ke sana.




Karena kebetulan teman saya ini tinggal di Cikande dan saya di Serang (dua jarak yang cukup jauh memang) Maka dari itu kami memutuskan (saya, sih sebenernya, karena  disini sayalah yang lebih paham wilayah Serang)  untuk bertemu di Ramayana Serang. Dari situ kami menaiki angkot arah Cilegon, disusul setelahnya lanjut angkot ke arah Anyer. Saat masih di Serang, cuaca terlihat sudah mendung, tapi kami mencoba optimis bahwa mendung tidak akan menghantui kami sampai ke Anyer. Namun, saat sampai di wilayah Serdang, awan gelap semakin pekat, seolah-olah tanpa perlu satu hembusan angin pun, maka hujan akan turun dengan sukarela. Dan benar saja, tak berapa lama, hujan turun dengan derasnya. 

mendung banget, kan?

Untungnya, saat sampai di lokasi, hujan cuma rintik  malu-malu. Udara pun jadi tidak terlalu panas, walaupun saat itu kami sampai tepat jam 12 siang. Tapi, tetap saja, tangan saya gosong, walau matahari seharian itu cuma bersinar seada-adanya.





Sampai di Mercusuar, teman saya sedikit kecewa. karena ternyata mercusuarnya tidak dibuka, bahkan tidak ada petugas yang berjaga di sana yang bisa kami tanyai lebih lanjut. Alhasil selama beberapa jam kami hanya berkeliling sambil bernarsis ria. Yah....nggak apa-apa lah toh hari itu saya sudah sukses bikin dia jadi model dadakan. Karena setiap saya foto, hasilnya hampir semua bagusss! Setidaknya saya udah bikin satu temen saya seneng hari ini. Saya pun, terhibur dengan beberapa tingkahnya hari itu.

lautnya tenang banget


Dan entah kenapa Sabtu kemarin tidak terlalu ramai, hanya terlihat beberapa pengunjung saja yang kesana. Sempat juga saya lihat ada satu pasangan yang memanfaatkan tempat ini sebagai lokasi photoshoot untuk prewedding mereka. Hari itu juga pantai tampak tenang, jarang terdengar suara ombak yang berderu. Hanya sesekali. Jarang-jarang banget bisa dapetin suasana Anyer macam gini. Biasanya setiap akhir pekan, pantai Anyer tidak pernah sepi oleh pengunjung. Mungkin ini rejekinya teman saya, sehingga dia tidak perlu berebut spot untuk foto ini-itu. Kita pun hari itu leluasa untuk kesana-kemari, berpindah posisi untuk sekedar foto.

Menara tampak depan, sayang banget tutup

Jadi Mercusuar atau menara suar Cikoneng (dan saya baru tau kalau nama menara ini Cikoneng) ini, dulunya dibuat sewaktu jamannya pemerintahan Belanda. Dibangun pada tahun 1885, tau dari mana? itu ada tertulis di atas pintu masuk menaranya. Letak Banten yang di pinggir laut begini, memungkinkan siapa pun dapat masuk ke wilayah sini dengan mudahnya. Karena itu dibangunlah menara ini, supaya mempermudah mengawasi siapa-siapa yang masuk wilayah Banten (Oke, disini saya mulai sok tau)






Selain di Anyer, di Serang juga ada menara lainnya, yang bentuknya bisa dibilang agak-agak  mirip dengan Mercusuar Anyer ini, cuma memang ukurannya tidak setinggi yang di Anyer. Menara ini terletak di wilayah Banten lama, yang berada di kompleks Kerajaan Banten. Fungsinya pun sama untuk mengawasi kapal-kapal yang masuk ke Banten. Bedanya kalau menara yang di Banten lama ini merupakan peninggalan Kerajaan Banten, tapi saya nggak tau di masa pemerintahan Sultan siapa? Nanti saya cari tau lebih lanjut. Mungkin di jalan-jalan selanjutnya.

Monumen Titik nol Km, sekaligus tempat awal menara berdiri


Oh iya, di tempat mercusuar Anyer ini juga dibangun monumen titik nol km. Dimana disini dulunya adalah tempat awal menara suar ini berdiri. Gitu, sih kalau dari tulisan di tugunya. Mungkin karena  akibat bencana Gunung Krakatau silam (Waktu itu Krakatau meletus kan 1883, yah?)  bangunan menaranya hancur, maka dibuatlah lagi yang baru. Untungnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 2-3 meter dari tempat asalnya berdiri (dan, yak! saya mulai sok tau lagi).

pose di depan menara. Tinggi banget, yah

Nah, monumen Titik Nol Km ini merupakan sebuah monumen yang dibuat sebagai tanda bahwa di sini jugalah titik awal pembangunan Jalan Raya Pos yang dibangun oleh Daendels. Dahulu Gubernur Jenderal ini membangun jalur panjang yang bermula dari Anyer (Serang) sampai Panarukan (Jawa timur). Jadi, dari mulai ujung barat Jawa, saaaammmpai ke ujung timur Jawa, kebayang kan gimana jauhnya. Apalagi dulu belum ada alat berat yang berupa mesin apapun. Jadi semuanya murni handmade. Ada berapa banyak jiwa coba, yang jadi korban kebiadaban si Jendral ini? Bayanginnya ajah saya udah merindin disko.

narsis di jalan menuju dermaga, untung sepi. Berasa jalan milik pribadi

Beruntung saya lahir di jaman ini. Yang nggak perlu lagi khawatir ancaman penjajah. Tapi justru, malah saya ada di era dimana ancaman fitnah dan provokasi di media sosial yang gencar mengincar, yang terkadang sulit disibak kebenarannya.


gayanya ambigu, antara pose 'saranghae' , balet, atau senam SKJ


Dan saya nggak tau, mana yang lebih aman?

Jumat, 26 Februari 2016

Tentang Seri Supernova






Saya adalah penggemar novel, walaupun tidak semua jenis novel saya baca. Biasanya saya hanya membaca novel yang cerintanya ringan. Karena bagi saya, membaca adalah salah satu kegemaran yang mampu memberikan saya ketenangan dan juga hiburan. Karena itu saya jarang sekali membaca novel yang berat-berat. Buat saya membaca cerita yang pake mikir nggak ada nikmatnya. Yang ada cuma menambah kerutan di dahi karena keseringan mikir yang rumit. Tapi justru mungkin bagi sebagian yang lain berbeda, mereka membaca untuk memberikan pengetahuan baru dan vitamin buat otak. Atau mereka perlu mengasah otak mereka supaya nggak tumpul. Kalau saya, sih karena hari - hari saya sudah cukup rumit dengan permasalahan hidup yang ada terus tiap hari, maka saya butuh penyegaran buat otak saya. Dan membaca novel adalah salah satunya. Karena itu saya perlu bacaan - bacaan ringan dan segar guna menghibur kepenatan otak saya.


Saya mulai membaca cerita novel sewaktu saya duduk di bangku SMA kelas 2. Waktu itu saya rajin sekali bolak - balik ke perpustakaan cuma buat minjem novel. Mungkin selama saya bersekolah disitu, history peminjaman buku saya cuma novel aja kayanya. Waktu itu saya sebenarnya cuma ikut - ikutan teman sebangku saya yang hobi baca mulu. Tapi kalau baca pasti kilat. Nggak butuh berhari - hari untuk menghabiskan satu judul novel, cukup sejam - dua jam, bahkan menit, kalau bukunya tipis. Beda dengan saya, yang butuh minimal sehari untuk menghabiskan satu novel yang tipis. Karena saya ini tipe pembaca yang kalau buka buku nggak langsung baca isi ceritanya, kadang ucapan terima kasih aja saya baca dulu, trus lanjut ke biodata penulis, baru deh baca ceritanya. Itu pun saya membacanya perlahan, semua halaman di resapi. Dulu.


Dulu, saya tidak punya penulis atau novel yang amat sangat saya sukai. Semuanya sama bagusnya buat saya. Sampai teman saya membaca novel karya Dee Lestari yang Supernova, Ksatria Putri dan Bintang Jatuh. Waktu itu biasanya, setiap dia selesai baca buku, pasti langsung kasih pinjam ke saya. Tapi yang ini nggak. Saya lupa dia ngomong apa, tapi intinya adalah buku Supernova ini bahasannya nggak banget, tingkat tinggi, dan susah dipahami. Pada saat itu yang saya tau, novel bercerita tentang sepasang gay, tapi saya ngga tau alur ceritanya seperti apa.


Sampai akhirnya ia memberikan saya buku Supernova: Petir. Di situ saya langsung suka sama ceritanya. Ringan, lucu dan unik. Tapi disitu saya belum tau kalau ternyata novel Supernova ini berseri. Sampai saya mulai masuk kuliah, saya baru tau kalau Supernova ada 3 seri, salah satunya ya si KPBJ itu. Beruntung waktu itu saya ngikutin twitter nya Dee Lestari yang waktu itu sempet post soal pemesanan 3 Seri Supernova di TrueDee Pustaka. Sebelumnya saya sudah punya 2 buku Dee Lestari yaitu Filosofi Kopi dan Perahu Kertas. Dan waktu itu beli 2 buku ini juga karena terkesan dengan Petir, makanya nagih beli lagi.


Awal baca Supernova seri pertama, saya pusing. Baru kali ini baca novel yang tiap buka halaman bawaannya dahi kerut-kerut melulu. Saya berasa lebih cepat lapar dari biasanya. Saya merasa mengalami dejavu. Seperti saat salah satu dosen saya menugaskan saya untuk baca Dunia Sophie. Akhirnya KPBJ ini banyak yang saya skip halamannya. Dan yang saya tangkap cuma kisah sepasang gay yang membuat sebuah karya. Sisanya? saya serahkan kepada udara, alias menguap seketika :p


with Rectoverso


Beruntung, saya pertama kali mengenal karya Dee adalah melalui kisahnya Etra, si bos Warnet Elektra Pop, sekaligus terapis listrik di Supernova, Petir. Mungkin kalau saya memaksa membaca KPBJ saya ngga bakal membaca seri Supernova lainnya, karena terlanjur trauma dengan efek kerut-kerut dahinya. Bahkan sampai sekarang setelah membaca berulang kali, masih menyisakan tanda di dahi saya, walaupun tidak sebanyak waktu pertama kali baca. Di Akar, Supernova yang kedua, berkisah tentang petualangan Bodhi yang jadi tukang tato. Disini juga sama kocaknya walau nggak banyak, dan ada bagian yang buat saya sedih, yaitu saat Kell harus mati kena peledak, nyesek banget di sini, kasian Bodhi nya, sendirian lagi.


Me and Petir

Setelah saya punya 3 Seri Supernova; KPBJ, Akar, Petir, saya terpacu untuk memiliki karya - karya Dee yang lain. Saya pun berburu Madre dan juga Rectoverso. Dan lagi - lagi saya jatuh hati juga dengan dua karya yang ini. Madre isinya mirip - mirip Filkop yang berisi cerpen dan essai - essai
 ( atau puisi ya?). Dan Rectoverso, merupakan buku terbagus yang pernah saya punya. Buku ini banyak gambarnya dan berwarna, belum lagi kertas nya yang tebal dan hard cover! :D


Lalu di tahun 2012 setelah 8 tahun, seri Supernova akhirnya kembali terbit dengan judul Partikel. Buat saya Partikel ini adalah Supernova  kedua yang saya favoritin setelah Petir. Sama seperti di Petir, di Partikel saya juga suka sama karakternya, Zarah yang petualang dan dekat dengan alam. Dari Zarah, saya jadi pengen banget bisa ke Tanjung Puting. Oh, ya satu lagi kenapa saya suka sekali sama Partikel, karena Supernova yang ini jauhh lebih tebal dari seri - seri sebelumnya. Jadi saya bisa berlama - lama membaca buku ini.


bersama Gelombang dan Partikel

Lalu di tahun 2014 lalu, seri kelima muncul bertajuk Gelombang. Kalau di Partikel pembaca dikasih petualangan si Zarah yang fotografer alam, di Gelombang dikisahkan pemuda batak bernama Alfa yang bermasalah dengan mimpi yang berulang kali mencoba membununhya, sampai ia merantau ke negeri Amerika. Yang ini juga seru sekaligus horor, karena adanya sosok Si Jaga Portibi yang digambarkan bermata runcing kuning dan berjubah hitam. Si Jaga Portibi ini mengingatkan saya pada Dementor, si penjaga penjara Azkaban. Sama - sama jubah hitam soalnya. Walaupun pada akhirnya si Portibi ini yang membantu Alfa menuju Asko.


Dan di Februari tahun ini, seri ke 6, sekaligus seri terakhir Supernova; Intelengi Embun Pagi rilis, tepatnya hari ini! tanggal 26 Februari serentak di toko buku Indonesia dan juga di playstore. Tapi sayangnya, saya yang ikutan pre order di Mizan masih harus bersabar karena kemungkinan baru tiba bulan depan. Tapi nggak apa - apa, deh. Toh, cuma nunggu beberapa hari inih. Dan lagi pleuss tanda tangan n T-Shirt juga!
Yeay!


Jadi, kan ceritanya di akhir buku Partikel Etra dan Bodhi sudah bertemu, terus di Gelombang juga Alfa dan Kell (yang hidup lagi) bertemu juga.  Nah, di buku Embun ini semua tokoh, dari Bodhi, Etra, Zarah, Alfa, Kell, Gio, Ishtar sampai Firas yang hilang, juga tokoh - tokoh lain macam Mpret, Reuben dan Dimas pun kumpul semua disini! Fyuh! gimana nggak deg - deg an coba. Buat para AdDeection pasti penasaran setengah idup. Apa yang bakal terjadi pada semua tokoh - tokoh ini? Apa mereka bakal bikin EO? atau bikin kesebelasan sepak bola beserta pemain cadangan dan manager nya? Atau malah mereka bersama akan menjadi pelindung dunia melawan  Sarvara layaknya Avenger?

Atau sepertinya saya yang sudah mulai kurang waras karena belum juga memegang IEP di tangan saya, karena keduluan mereka yang berburu langsung ke toko Buku?

Sepertinya, iya.


*Foto-foto oleh Concept

Kamis, 11 Februari 2016

The Fault In Our Stars: Kanker, Cinta, dan Persahabatan

Movie poster featuring Shailene Woodley and Ansel Elgort in character
sumber:wiki

Kemarin saya baru ajah  nonton Film The Fault In Our Star, telat banget yak? :P
Eimmm....!


Padahal filmnya udah dari tahun 2014 lalu, udah telat 2 tahun, sih. Padahal waktu pas film ini baru keluar, sempet lumayan heboh gitu, kan. Komentarnya yg bilang bagus, romantis, bla..bla..bla..


Saya yang sedari awal lihat trailer filmnya, sama sekali nggak tertarik. Kenapa? Karena film ini bergenre drama. Saya ngga tertarik semua film, dan tayangan TV yang bergenre drama. Kenapa (lagi)? Karena Sedih (yaiyalah...!) Saya ngga suka menonton tayangan yang syedih dan menguras air mata. Lah wong pas emang lagi suasana sedih ajah, berusaha gimana caranya supaya ngga nangis, lah ini malah sengaja di push biar nangis. Yah, makin kejer laah L


Tapi karena emang waktu itu, tugas-tugas Inggris saya sudah selesai. Bingung mau apa, terlebih internet di rumah mati. Lalu ubek-ubek disk laptop dan nemu film ini di disk punya abang saya. Yowisslah, akhirnya lebih baik saya nonton ajah. Dan ternyata setelah saya nonton filmnya. Saya akhirnya tau kenapa orang-orang memuja-muja film ini. Saya akui emang film ini oke. Tapi yang saya suka disini bukan adegan romantis antara Hazel dan Agus. Atau karena suka sama Agus yang ganteng dan so sweet banget ituh. 

 (Dan pun saya baru ngeh, kalo pemeran Hazel dan Agus ini juga di pasangkan jadi kakak-adik di seri Divergent. Lah abis rambutnya jadi panjang, ya saya pangling)

eniweii, yang saya suka dari film ini adalah karakter – karaker nya. Hampir semua tokoh di film ini, karakternya saya suka. Saya ngga tau, sih apakah buku dan filmnya sama persis alurnya apa ngga. Atau Filmnya cuma mengambil beberapa plot yang paling menarik di buku. Tapi biasanya, sih kalau karakter tetap dibuat sama, cuma alur cerita saja yang berbeda. 

Dimulai dari orangtuanya Hazel. The Lancasters. Orangtua yang harus membesarkan anak dengan kanker, dan langka. Jujur itu amat sulit. Berat banget tanggung jawab yang harus dipikul oleh Orangtua Hazel, pun dengan orangtua Agus. Tapi emang kalau dilihat orang tua Agus terlihat lebih ceria dan hangat ketimbang Bapak Ibunya Hazel. Walaupun memang Bapak ibu Hazel juga sama berjuangnya untuk menjadi orang tua yang baik dan kuat, juga selalu membujuk anaknya entah saat kunjungan ke rumah sakit, bertemu dengan dokter, ataupun untuk menjadi remaja pada umumnya.


Dan yang saya salut adalah kedua Orang tua ini, tidak memperlakukan anak-anak mereka layaknya orang yang sakit, melainkan layaknya anak remaja normal pada umumnya. Mungkin karena emang udah sedari kecil mereka membesarkan anak dengan kondisi seperti itu. Mereka jadi sudah cepat tanggap dan tidak panik ketika anaknya melalui masa-masa kritis. Maka itu, mereka para orang tua yang memiliki anak-anak yang spesial ini merupakan para orang tua yang Setrong! Mungkin kalau saya di situasi begitu, saya malah yang jadi sering ngedrop.


Isaac, si penderita Tumor di mata. Mata sebelahnya sudah tidak bisa melihat, sebentar lagi mata satunya juga akan dioperasi, yang nantinya ia akan buta seutuhnya. Dan cara dia bercerita itu, loh. Nggak ada kesan sedihnya. Padahal dia tidak akan bisa melihat dunia lagi. Dan dia bilang karena dia punya pacar yang seksi. Konyol banget, kan. Walaupun pada akhirnya dia putus dengan kekasihnya, namun kekonyolan si Isaac ini nggak luntur sama sekali. Buat saya karakter Isaac ini amat sangat menghibur. Karakternya yang tempramen tapi juga sahabat yang baik bagi Agus serta Hazel juga. Dan lagi menurut saya dia jauh lebih ganteng daripada si Agus. Senyumnya manis *blushing*



mas Agus dan Mba Hazel

Dan, peran utama kita. Hazel dan Agus, adalah dua karakter yang berbeda. Hazel lebih cuek dan masa bodoh. Sementara Agus adalah pribadi yang ceria dan hangat. Walaupun pada akhirnya, saat Agus yang ternyata yang harus ‘pergi’ duluan, ia sempat merasa down. Dan di saat-saat terahirnya itu, semua sifat dia yang menyenangkan hilang, dan berubah menjadi penggerutu dan menyebalkan. Yah, untungya itu tidak berlangsung lama, dan semua itu berkat Hazel J

trio gesrek 

Tapi saya nggak menyalahkan Agus, kok. Karena bagi saya itu wajar. Siapa yang bisa menghadapi dengan tenang saat kita tahu kapan kita harus pergi meninggalkan orang-orang yang kita sayang? Sementara Agus, Hazel dan Isaac justru dengan santainya (walaupun nangis juga) bisa-bisanya bikin Gladi resik upacara pemakaman! Dan mereka pun masih bisa tertawa :’) Luar biasa.  


eh, apa cuma saya disini yg merasa kalau film ini agak mirip-mirip ceritanya sama A Walk to Remember, yang tokoh utamanya sama-sama harus dibuat meninggal, saat si peran utama mulai merasakan manisnya kedatangan si dia? Iya nggak, sih. Iyakan? Udah, iyain , ajah!


Oh iya, yang paling saya suka adalah bahwa semua tokoh-tokoh pengidap kanker ini (yang di perkumpulan ituh) semua anak-anaknya terlihat amat normal. Mereka terlihat layaknya anak remaja biasa. Nggak terlihat sakit sama sekali. Dan mereka dengan tenang dan santainya bercerita soal penyakitnya. Apalagi pas Isaac cerita soal dirinya. Itu lucu banget, Dan Agus tentunya, dia juga keren!


Mereka bercerita seolah penyakit tidak menghalangi kehidupan mereka. Mereka terus menjalani hidup mereka layaknya orang lain pada umumnya. Salut, sih! Saya ajah yang jarang sakit dan separah-parahnya sakit adalah gejala Tifus, sekalinya cuma sariawan bisa sampe nangis-nangis karena susah  makan. Belum lagi kalau lagi radang atau flu, bawaannya pengen selimutan ajah, walaupun nafsu makan tetep menggila :D


Hazel : mas, kok kamu tega ninggalin aku duluan, kulo mboten sanghup mas

Dan, yak!
Saya juga suka endingnya. Sedih memang, tapi cuma sebentar ajah, walaupun sempet mewek juga karena pada akhirnya Hazel menemukan hingga terakhir Agus hidup pun, dia masih berusaha untuk membuat Hazel bahagia dengan mendatangkan si Houten, buat kasih tau ending bukunya. Walaupun ujung-ujungnya diusir juga.  Dan surat yang Agus kirim, itu pecah banget, sih.

 Okay? Okay! J



Rabu, 03 Februari 2016

Perempuan - Perempuan Tersayang, Kisah Dari Tanah Timor


Perempuan - perempuan Tersayang by Okke 'Sepatumerah'


Okeh...
Kali ini saya bakalan review buku yang baruuu aja selesai saya  baca. Sebenernya buku ini udah lama saya beli, dari tahun lalu malah. Cuma karena semua buku-buku di rumah saya sedang diungsikan - termasuk buku yang ini- karena renovasi rumah, alhasil baru sempet sekarang-sekarang ini saya bisa baca. Buku kali ini novel milik Okke 'Sepatumerah' yg judulnya Perempuan - Perempuan Tersayang. Novel ini adalah novel karya Okke yang ke enam yg saya punya. Sebelumnya saya pertama kali baca novel nya Mba Okke waktu itu judulnya Indonesian Idle (itu juga pinjem dari temen kampus). Dari situ saya jadi suka sama karya-karya nya mba Okke yg lain. Dan setiap mba Okke ngeluarin buku langsung saya berburu deh novelnya.

buku-bukunya sepatumerah yg saya punya. Ada satu lagi Prewedding Rush, cuma sedang berhalangan hadir

Jadi novel ini merupakan salah satu seri Novel Indonesiana yang di publish oleh Gagas Media. Nah, ada beberapa penulis yg ikut bikin seri ini. Semua bukunya mengangkat kedaerahan Indonesia.Oh, iya buku ini saya beli langsung loh ke penulisnya (cieeee) Jadi waktu itu mba Okke di twiter pernah ngetwit soal pemesanan buku terbarunya ini. Bisa langsung dapet free kartu pos n tandatangannya pulak! Wow! Siapa yang ngga tergiur, pleus.... gratis ongkir! doubel WOW! Ini merupakan paket promosi yang amat menggiurkan pemirsah! Maka dari itu tanpa ba-bi-bu langsung, deh saya order.

ada nama saya disituh! :)

Kalo buku nya mba Okke ini setting ceritanya di Kupang, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di kota SoE. Dari mulai tokoh, latar, dan bahasa semuanya khas Kupang. Saya yg ga pernah tau tentang hal-hal berbau Indonesia Timur jadi tau karena novel ini. Kaya misalnya cara salam orang Kupang yg berbeda dengan orang pulau Jawa. Kalau di Jawa kita biasanya cukup salim dan cium tangan di sana justru dengan saling menggesekkan hidung, namanya ciom idong. Sebuah tradisi sebagai pengganti bersalaman atau menyapa orang lain (h.33)

Baeklah...ini review saya. Review ini saya buat suka-suka. Semua berdasarkan apa yang saya baca dan sukai. Jadi kalao reviewnya subjektif, yah...memang begitulah.

siapa perempuan yang amat kamu sayangi saat ini?

Ibu?

Adik?

Kakak?

 atau Sahabat?

 atau mungkin Bos kamu?

atau mungkin juga tetangga kamu?


Kalau seandainya kamu berada di situasi yang harus memilih antara mimpi atau orang yang kamu sayang. Apakah pilihanmu? Apakah kamu bisa memilih dengan pasti mana yang sesuai dengan kata hatimu? Inilah yang terjadi pada Fransin, tokoh utama di Novel Perempuan-perempuan Tersayang.
Novel  ini bercerita tentang seorang gadis asal SoE, sebuah kota kecil di Kupang, Nusa Tenggara Timur yang bernama Fransinia. Fransin yang kini tinggal di Jakarta baru beberapa bulan lalu diwisuda dan baru saja melamar ke beberapa agency untuk bekerja. Salah satu agency yang diidamkannya adalah Admazing. Karena menurut Fransin di Agency ini selain bisa mendapat gaji yang besar, juga karyawannya kelak bisa berkesempatan untuk pindah ke cabang mereka yang lain di seluruh dunia. Hmmm… amat sangat menggiurkan, bukan? Begitupun saya kalau bisa dapet kerjaan disini senangnya pasti bukan main.

salah satu halaman di buku, banyak footnote bahasa kupangnya

Cerita awal pertama adalah saat Banyu, kekasih Fransin yang kini sudah tidak perhatian dan menyenangkan lagi sewaktu dulu. Kini Banyu bagaikan robot yang tiap hari terus disibukkan dengan urusan kantor. Bahkan saat mereka tengah makan berdua pun, gadget tak pernah lepas dari tangannya. bolak-bolak krang-kring-krung bunyi mulu tuh gadget, sampei makan pun ga beres-beres. Kelihatan banget kalau si Banyu ini korban integritas perusahaan. Demi perusahaan, demi jabatannya saat ini, demi harga dirinya sebagai karyawan teladan. Demikianlah salah satu warga kota besar yang penuh ambisi.

Suka kesel ngga sih sama orang kaya gini? Yang workaholic banget! Apa-apa kerjaan, apa-apa meeting, apa-apa urusan klienlah, presentasilah. Kalau emang weekday sih okelah, ampe lembur juga dijabanin. Tapi kalau saat akhir pekan pun masih begini? Apa hidup makin ngga suntuk ya? Tiap hari ngurusin kerjaan melulu. Padahal di luar sana, masih banyak hal menarik yang menunggu kita untuk di sambangi. haseeekkk…!

Jadi, Fransin ini tinggal di Jakarta bersama dengan adiknya Sherly yang masih SMA. Nah, permasalahan terjadi saat Sherly ternyata ketahuan hamil oleh Radya, pacarnya. Tentulah sebagai kakak dan sama-sama perempuan asli bakal kaget setengah idup! Adik semata wayang yang dititipin jauh-jauh tiba-tiba bikin masalah yang amat pelik. Akhirnya mau ngga mau Fransin pun memangil kakaknya Olivianus untuk menjemput Sherly dan juga Fransin untuk kembali ke SoE. Fransin yang masih menunggu panggilan interview beberapa perusahaan termasuk Admazing, terpaksa harus rela  ikut juga ke SoE.

Selama di SoE, awalnya Fransin merasa tidak suka untuk kembali ke kota kecilnya. Karena baginya di SoE  tidak ada yang menarik. Semua yang menarik baginya hanya di Jakarta, pekerjaan impiannya, kekasihnya, dan segala hal yang hanya ada di Jakarta membuatnya makin tidak betah tinggal di SoE. Belum lagi Sherly yang tiap hari masih saja bersedih, menangisi nasibnya dan Radya yang musti tinggal berjauhan, karena keluarga mereka, terutama Olivianus amat sangat menolak kehadiran Radya. Mamatua  yang harus terkena struk ringan akibat keadaan Sherly.  Dan mamatua serta adiknya kompak menjadi sepasang pribadi alien. Bicara hanya seperlunya. Mereka bertiga tinggal di rumah yang sama, namun seperti orang asing, bukan keluarga. Cuma saat Elizabeth, istri Olivianus yang selalu datang tiap pekan membuat kehidupan rumah sedikit mencair. Semua kebosanan itu sedikit terobati ketika Fritz, teman Oliv berkunjung untuk memeriksa mamatua dan Sherly. Fritz adalah dokter dengan pribadi yang hangat sama seperti Elizabeth membuat hari-hari Fransin di SoE sedikit berwarna. Hingga tumbuhlah rasa-rasa di antara keduanya. Rasa apa? Rasa yang kau pun pasti su tau.

Nah, Disaat Fransin mulai sedikit berdamai dengan kehidupannya di SoE, tiba-tiba ternyata ia mendapat panggilan dari Admazing. Kira-kira Fransin bakal ambil ngga ya kesempatan emas itu? Apakah ia akan tega meninggalkan Mamatua, Sherly, dan keluarganya di SoE?
Bagaimana dengan hubungannya dengan Fritz yang sudah kembali dekat?
 Lalu bagaimana nasib Radya, pacarnya Sherly, mau tanggung jawab ngga dia?
Nah, terus Banyu kekasihnya yang ia tinggal di Jakarta, piye?

Jujur kalau saya ada di posisi Fransin saya juga bingung sih. Harus pilih mana? Pilih impian yang tinggal sedikit lagi di depan mata, atau memilih keluarga yang kondisinya amat membutuhkan kita? Dua hal yang amat sulit untuk dipilih. Mungkin kalau saya, sih kalau bisa itu si Admazing kantornya suruh pindahin ajah ke SoE :P (Yakali, tuh perusahaan nenek moyang lu yan!) Terus kalau Fransin akhirnya milih apa ya? Baca sendiri deh gimana akhir cerita novel Perempuan-perempuan Tersayang ini. Kalau penasaran sama endingnya, mending langsung beli dan baca sendiri novelnya! Temukan di toko buku terdekat! J

Novel ini bikin kita berpikir ulang, bahwa apa yang kita hadapi dan temui saat ini, tidak sepenuhnya dan selamanya buruk. Terkadang kita harus berusaha melihat dari sisi yang berbeda untuk akhirnya tau, apa maksud dari semua musibah yang menimpa kita. Bahwa selalu ada alasan yang baik di tiap kesulitan.  Karena apa yang menurut kita baik dan sukai, belum tentu itulah yang kelak akan menjadikan diri kita pribadi yang lebih baik. Terkadang kita harus jatuh-bangun bahkan terus-menerus mengeluh dan menangisi keadaaan kita yang tidak kita inginkan, untuk pada akhirnya bisa mencapai kebahagian bagi semua. Walaupun terkadang ada hal yang harus kita lepaskan untuk mendapat sesuatu yang jauhh lebih baik.  Seekor ulat yang kecil, lembek-lembek, jelek,nggateli, dan lamban, bahkan pada akhirnya bisa menjadi kupu-kupu yang cantik.  J

Nah, Bijak banget saya kali ini, yah

Kamis, 21 Januari 2016

Pulau Peucang, Biru Yang Eksotis

Jadi, tanggal 27 November yang lalu saya akhirnya kembali menjejakkan kaki saya ke tempat yang menakjubkan. Saya berhasil mencapai ujung barat pulau Jawa, tepatnya di  Pulau Peucang (yeay! akhirnya :D ) Jadi Pulau Peucang ini merupakan salah satu bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon. Hampir semua orang Indonesia tau, kalau Ujung Kulon itu terkenal sebagai tempat penangkaran hewan Badak bercula satu. Tapi kali ini saya cuma mencicipi sebagian kecil Ujung Kulon, dan melihat Badak tidak masuk dalam agenda trip kali ini. Karena yang saya kunjungi ini cuma pulau Peucang dan pulau-pulau disekitarnya.

tarzanwati dan Tarsania

Nah, piknik kali ini saya ditemani oleh teman trip saya namanya Westy. Saya bertemu Westy waktu itu pertama kali di trip ke Pulau Sangiang. Dari situ kita sering ngobrol dan udah 2 kali kami sengaja ikut trip bareng, waktu itu kita ke Pulau tiga dan empat, dan yang terakhir kita ke Pahawang bulan September lalu. Sampai trip yang terakhir ini alhamdulillah saya masih bisa jalan bareng Westy. Mungkin karena Westy ini teman jalan yang menyenangkan. Makanya tiap jalan pasti ngajak dia.
Perjalanan berawal pada jumat malam, sekitar pukul 00.00 (eh, ini namanya dini hari yah bukan malam) saya dan Westy bertemu di Kemang, Serang. Tepat jam 12, tengah malam mobil elf yang datang dari Jakarta tiba menjemput kami berdua. Perjalanan darat kali ini menuju daerah Sumur, Pandeglang. Perjalanan nya memakan waktu sekitar 5 jam. Sampai Sumur sekitar jam 5 subuh. Dari situ kita solat subuh, dan bersiap untuk menyebrang ke pulau pada pukul 6 pagi. Saat-saat peralihan dari wilayah darat ke air ini, saya dan Westy gunakan untuk berkenalan dengan teman-teman baru peserta trip kali ini. Untungnya mereka semua seru, asik, dan menyenangkan jadi selama di kapal tidak ada bosan bahkan ketawa mulu dan berfoto pastinya!

bersama kawan-kawan baluu
Acara yang pertama ini, kami mulai melakukan snorkling di Pulau Badul, untungnya nggak memakan waktu lama mungkin sekitar 45 menit (kalo ngga salah). Saat kira kira 500 meter-an dari pulau saya langsung terkagum-kagum dengan pemandanggannya. Jadi pulau Badul ini cuma pulau seiprit, nggak ada penghuni, ngga ada apapun, cuma rumput/semak dan pasir.

aernya meennnnn! emmejeingg!supacool!

Tapi di sekeliling pulau, airnyaaaaaaaa bening dan birruuuuu! ini keren banget! Baru kali ini lihat air yang sebiru inih! Saya yang dari jarak jauh udah lihat, langsung heboh! Persis kaya anak kecil yang baru lihat toko mainan. Tapi memang ini luar biasa. Asli! memang di sekitar situ tidak ada karang hanya pasir, dan sisanya ada semacam penangkaran karang (yang masih baru) dan juga ada patung Badak di dasar laut yang dibikin sama WWF. Dan itu memang terlihat jelas bahkan dari atas kapal. Sayangnya, saya yang ngga pandai berenang cuma bisa melihatnya dari permukaan air. Selain wilayahnya yang cukup dalam, saya beberapa kali terkena serangan panik di air (as always).



Sekitar satu jam kami snorkling di sana, dan sempat berpindah ke balik pulau untuk melihat spot yang lebih banyak karang dan ikannya. Mulai naik kapal, dan bersiap menuju tempat yang di nanti, Peucang. Ada yang unik di awal perjalanan menuju Peucang, jadi ternyata di sepanjang laut terlihat banyaak ubur-ubur yang guede-guede terlihat di permukaan air. Dan ubur-ubur ini berwarna merah kecoklatan yang ukurannya paling kecil mungkin setelapak tangan dewasa, dan bentuknya mirip kaya ubur-ubur di film Shark Tale, bertentakel panjang. Sempet agak ngeri juga sih, segede ituh dan banyak!

view dari pantai peucang, bening, cyin!

Perjalanan ke Peucang nya lumayan lama sekitar 2 jam. Saya yang ngantuk pun, tertidur sebentar. Cukup pulas buat orang yang habis berenang dan lapar. Ga lama kita mampir sebentar ke sebuah pulau, tak kira mampir, tau nya cuma mau beli ikan ajah untuk malem. Soal nya pulau yg ini laut sekelilingnya birrru dan beberapa bagian kelihatan ada terumbu karangnya, tak kira mau nyebur lagi 
Ga lama, sekitar pukul 2 siang, sampailah di Pulau Peucang (yeay!) Begitu lihat pantainya, wuih!! Langsung terpesona, air nya gradasi biru muda, dan pasirnya putih bersih dan halus. Gimana ga makin jatuh hati!

Di pulau banyak hewan-hewan liar, dari mulai rusa (makanya dinamain pulau peucang. Peucang itu artinya rusa) babi, monyet, sampai biawak gede-gede. Mereka semua ngga takut sama sekali sama manusia. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kedatangan turis-turis yang datang silih-berganti. Justru kami yang manusia yang serem tiap ada mereka lewat. Terutama monyet, karena mereka suka iseng ngambil barang-barang turis. Sama babi karena gedenya nyeremin. Tapi lucunya, beberapa bule yang datang justru mereka senang lihat babi. Karena di benak mereka sudah berpikir menu makan malam, babi guling.



Dan sebenarnya jadwal selanjutnya adalah istirahat dan bebersih, karena sore nanti kita akan trekking ke Cidaon, untuk lihat savana dan Banteng. Tapi....berhubung terlanjur terpukau dengan pantainya, alhasil saya dan beberapa teman di jadikan ajang narsis ria di pinggir pantai. Setelah puas foto foto, kita nyeburrrr ke pantainya yg biru! Saking asiknya main air, kita sampai musti di panggil sama TL kita untuk mandi, karena setengah jam lagi waktunya trekking. Akhirnya dengan Sks (sistem Kebut SetngahJam) kita smua mandi, dan langsung meluncur ke kapal, untuk ke sebrang menuju Cidaon.


mirip lapangan bola

bemain-main dengan tulang banteng
Di Cidaon. Jujur sih  ga terlalu seru disini. Biasa ajah. Berasa kaya lagi di tengah tengah lapangan bola. Katanya sih disini bisa lihat Banteng-banteng berkeliaran. Tapi sayangnya pas disana, tidak terlihat tanda-tanda Banteng bakal muncul. Yang ada cuma jejak e* nya ajah. Jadi cuma foto foto ajah, dan lihat sunset sebentar, lalu lanjut ke Peucang buat magrib n makan malam!

sunset di Cidaon


Besoknya kita trekking lagi ke Tanjung Layar, perjalanan laut lumayan sekitar 25 menit, dan lanjut jalan yg lumayan jauh sekitar 40 menit. untuk menuju darat, kan ga ada dermaganya. Jadi harus pakai sampan kecil gitu ke bibir pantainya. Nah, saat giliran saya turun ke sampan, kaki saya belum seluruhnya napak ke kapal, eh... si sampan nya udah menjauh ajah, alhasil tangan saya masih berpenggang pada kapal, sementara badan saya separuh sudah di sampan. Saya yg panik cuma bisa tereak tereak, "eh, ini gimana ini!!" Lalu, byur! Nyeburlah saya. Beruntung TL nya sigap, jadi tangan saya masih ketangkep ama dia. Fyuh! untungnya badan/kepala saya ngga terbentur apapun, cuma shock bin kaget! dan saya cuma bisa ketawa ketawa ajah inget kejadian ini.


dikit lagi sampai, semangat!
Sehabis trekking, lanjut naik kapal, untuk ke spot snorkling terakhir hari ini. Snorklingnya seru, bagus karangnya, cuma sayang arus nya lumayan kenceng ditambah mendung yg tiba tiba muncul. Untungnya disaat sudah hampir selesai. Dan, ga lama kita naik kapal, brusss! Hujan turun dengan derasnya. langit hitam, air turun amat deras, kapal pun ngga mungkin untuk berlayar cepat, karena gelombang laut juga ikut tinggi. Jujur, disini saya merasa takut, plus gemetaran karena kedinginan karena hujan turun deras banget! Untungnya ngga lama hujan pelan pelan berhenti dan kita pun sampai di Peucang. Dan itu berarti waktunya mandi dan packing untuk pulang.
berdayung sampan di Ciganter


waktunya pulangg!




fyuh! Trip kali ini macem macem dari mulai  snorkling, trekking, bersampan, bermain di birunya laut, jatuh tercebur ke air, sampai kena badai mini. Dan mudah mudahan ini bukan yg terakhir. Terima kasih untuk teman trip kali ini, juga travel Banten Adventure untuk petualangannya.
Sampai jumpa, mari main (lagih)!