Jumat, 26 Februari 2016

Tentang Seri Supernova






Saya adalah penggemar novel, walaupun tidak semua jenis novel saya baca. Biasanya saya hanya membaca novel yang cerintanya ringan. Karena bagi saya, membaca adalah salah satu kegemaran yang mampu memberikan saya ketenangan dan juga hiburan. Karena itu saya jarang sekali membaca novel yang berat-berat. Buat saya membaca cerita yang pake mikir nggak ada nikmatnya. Yang ada cuma menambah kerutan di dahi karena keseringan mikir yang rumit. Tapi justru mungkin bagi sebagian yang lain berbeda, mereka membaca untuk memberikan pengetahuan baru dan vitamin buat otak. Atau mereka perlu mengasah otak mereka supaya nggak tumpul. Kalau saya, sih karena hari - hari saya sudah cukup rumit dengan permasalahan hidup yang ada terus tiap hari, maka saya butuh penyegaran buat otak saya. Dan membaca novel adalah salah satunya. Karena itu saya perlu bacaan - bacaan ringan dan segar guna menghibur kepenatan otak saya.


Saya mulai membaca cerita novel sewaktu saya duduk di bangku SMA kelas 2. Waktu itu saya rajin sekali bolak - balik ke perpustakaan cuma buat minjem novel. Mungkin selama saya bersekolah disitu, history peminjaman buku saya cuma novel aja kayanya. Waktu itu saya sebenarnya cuma ikut - ikutan teman sebangku saya yang hobi baca mulu. Tapi kalau baca pasti kilat. Nggak butuh berhari - hari untuk menghabiskan satu judul novel, cukup sejam - dua jam, bahkan menit, kalau bukunya tipis. Beda dengan saya, yang butuh minimal sehari untuk menghabiskan satu novel yang tipis. Karena saya ini tipe pembaca yang kalau buka buku nggak langsung baca isi ceritanya, kadang ucapan terima kasih aja saya baca dulu, trus lanjut ke biodata penulis, baru deh baca ceritanya. Itu pun saya membacanya perlahan, semua halaman di resapi. Dulu.


Dulu, saya tidak punya penulis atau novel yang amat sangat saya sukai. Semuanya sama bagusnya buat saya. Sampai teman saya membaca novel karya Dee Lestari yang Supernova, Ksatria Putri dan Bintang Jatuh. Waktu itu biasanya, setiap dia selesai baca buku, pasti langsung kasih pinjam ke saya. Tapi yang ini nggak. Saya lupa dia ngomong apa, tapi intinya adalah buku Supernova ini bahasannya nggak banget, tingkat tinggi, dan susah dipahami. Pada saat itu yang saya tau, novel bercerita tentang sepasang gay, tapi saya ngga tau alur ceritanya seperti apa.


Sampai akhirnya ia memberikan saya buku Supernova: Petir. Di situ saya langsung suka sama ceritanya. Ringan, lucu dan unik. Tapi disitu saya belum tau kalau ternyata novel Supernova ini berseri. Sampai saya mulai masuk kuliah, saya baru tau kalau Supernova ada 3 seri, salah satunya ya si KPBJ itu. Beruntung waktu itu saya ngikutin twitter nya Dee Lestari yang waktu itu sempet post soal pemesanan 3 Seri Supernova di TrueDee Pustaka. Sebelumnya saya sudah punya 2 buku Dee Lestari yaitu Filosofi Kopi dan Perahu Kertas. Dan waktu itu beli 2 buku ini juga karena terkesan dengan Petir, makanya nagih beli lagi.


Awal baca Supernova seri pertama, saya pusing. Baru kali ini baca novel yang tiap buka halaman bawaannya dahi kerut-kerut melulu. Saya berasa lebih cepat lapar dari biasanya. Saya merasa mengalami dejavu. Seperti saat salah satu dosen saya menugaskan saya untuk baca Dunia Sophie. Akhirnya KPBJ ini banyak yang saya skip halamannya. Dan yang saya tangkap cuma kisah sepasang gay yang membuat sebuah karya. Sisanya? saya serahkan kepada udara, alias menguap seketika :p


with Rectoverso


Beruntung, saya pertama kali mengenal karya Dee adalah melalui kisahnya Etra, si bos Warnet Elektra Pop, sekaligus terapis listrik di Supernova, Petir. Mungkin kalau saya memaksa membaca KPBJ saya ngga bakal membaca seri Supernova lainnya, karena terlanjur trauma dengan efek kerut-kerut dahinya. Bahkan sampai sekarang setelah membaca berulang kali, masih menyisakan tanda di dahi saya, walaupun tidak sebanyak waktu pertama kali baca. Di Akar, Supernova yang kedua, berkisah tentang petualangan Bodhi yang jadi tukang tato. Disini juga sama kocaknya walau nggak banyak, dan ada bagian yang buat saya sedih, yaitu saat Kell harus mati kena peledak, nyesek banget di sini, kasian Bodhi nya, sendirian lagi.


Me and Petir

Setelah saya punya 3 Seri Supernova; KPBJ, Akar, Petir, saya terpacu untuk memiliki karya - karya Dee yang lain. Saya pun berburu Madre dan juga Rectoverso. Dan lagi - lagi saya jatuh hati juga dengan dua karya yang ini. Madre isinya mirip - mirip Filkop yang berisi cerpen dan essai - essai
 ( atau puisi ya?). Dan Rectoverso, merupakan buku terbagus yang pernah saya punya. Buku ini banyak gambarnya dan berwarna, belum lagi kertas nya yang tebal dan hard cover! :D


Lalu di tahun 2012 setelah 8 tahun, seri Supernova akhirnya kembali terbit dengan judul Partikel. Buat saya Partikel ini adalah Supernova  kedua yang saya favoritin setelah Petir. Sama seperti di Petir, di Partikel saya juga suka sama karakternya, Zarah yang petualang dan dekat dengan alam. Dari Zarah, saya jadi pengen banget bisa ke Tanjung Puting. Oh, ya satu lagi kenapa saya suka sekali sama Partikel, karena Supernova yang ini jauhh lebih tebal dari seri - seri sebelumnya. Jadi saya bisa berlama - lama membaca buku ini.


bersama Gelombang dan Partikel

Lalu di tahun 2014 lalu, seri kelima muncul bertajuk Gelombang. Kalau di Partikel pembaca dikasih petualangan si Zarah yang fotografer alam, di Gelombang dikisahkan pemuda batak bernama Alfa yang bermasalah dengan mimpi yang berulang kali mencoba membununhya, sampai ia merantau ke negeri Amerika. Yang ini juga seru sekaligus horor, karena adanya sosok Si Jaga Portibi yang digambarkan bermata runcing kuning dan berjubah hitam. Si Jaga Portibi ini mengingatkan saya pada Dementor, si penjaga penjara Azkaban. Sama - sama jubah hitam soalnya. Walaupun pada akhirnya si Portibi ini yang membantu Alfa menuju Asko.


Dan di Februari tahun ini, seri ke 6, sekaligus seri terakhir Supernova; Intelengi Embun Pagi rilis, tepatnya hari ini! tanggal 26 Februari serentak di toko buku Indonesia dan juga di playstore. Tapi sayangnya, saya yang ikutan pre order di Mizan masih harus bersabar karena kemungkinan baru tiba bulan depan. Tapi nggak apa - apa, deh. Toh, cuma nunggu beberapa hari inih. Dan lagi pleuss tanda tangan n T-Shirt juga!
Yeay!


Jadi, kan ceritanya di akhir buku Partikel Etra dan Bodhi sudah bertemu, terus di Gelombang juga Alfa dan Kell (yang hidup lagi) bertemu juga.  Nah, di buku Embun ini semua tokoh, dari Bodhi, Etra, Zarah, Alfa, Kell, Gio, Ishtar sampai Firas yang hilang, juga tokoh - tokoh lain macam Mpret, Reuben dan Dimas pun kumpul semua disini! Fyuh! gimana nggak deg - deg an coba. Buat para AdDeection pasti penasaran setengah idup. Apa yang bakal terjadi pada semua tokoh - tokoh ini? Apa mereka bakal bikin EO? atau bikin kesebelasan sepak bola beserta pemain cadangan dan manager nya? Atau malah mereka bersama akan menjadi pelindung dunia melawan  Sarvara layaknya Avenger?

Atau sepertinya saya yang sudah mulai kurang waras karena belum juga memegang IEP di tangan saya, karena keduluan mereka yang berburu langsung ke toko Buku?

Sepertinya, iya.


*Foto-foto oleh Concept

Kamis, 11 Februari 2016

The Fault In Our Stars: Kanker, Cinta, dan Persahabatan

Movie poster featuring Shailene Woodley and Ansel Elgort in character
sumber:wiki

Kemarin saya baru ajah  nonton Film The Fault In Our Star, telat banget yak? :P
Eimmm....!


Padahal filmnya udah dari tahun 2014 lalu, udah telat 2 tahun, sih. Padahal waktu pas film ini baru keluar, sempet lumayan heboh gitu, kan. Komentarnya yg bilang bagus, romantis, bla..bla..bla..


Saya yang sedari awal lihat trailer filmnya, sama sekali nggak tertarik. Kenapa? Karena film ini bergenre drama. Saya ngga tertarik semua film, dan tayangan TV yang bergenre drama. Kenapa (lagi)? Karena Sedih (yaiyalah...!) Saya ngga suka menonton tayangan yang syedih dan menguras air mata. Lah wong pas emang lagi suasana sedih ajah, berusaha gimana caranya supaya ngga nangis, lah ini malah sengaja di push biar nangis. Yah, makin kejer laah L


Tapi karena emang waktu itu, tugas-tugas Inggris saya sudah selesai. Bingung mau apa, terlebih internet di rumah mati. Lalu ubek-ubek disk laptop dan nemu film ini di disk punya abang saya. Yowisslah, akhirnya lebih baik saya nonton ajah. Dan ternyata setelah saya nonton filmnya. Saya akhirnya tau kenapa orang-orang memuja-muja film ini. Saya akui emang film ini oke. Tapi yang saya suka disini bukan adegan romantis antara Hazel dan Agus. Atau karena suka sama Agus yang ganteng dan so sweet banget ituh. 

 (Dan pun saya baru ngeh, kalo pemeran Hazel dan Agus ini juga di pasangkan jadi kakak-adik di seri Divergent. Lah abis rambutnya jadi panjang, ya saya pangling)

eniweii, yang saya suka dari film ini adalah karakter – karaker nya. Hampir semua tokoh di film ini, karakternya saya suka. Saya ngga tau, sih apakah buku dan filmnya sama persis alurnya apa ngga. Atau Filmnya cuma mengambil beberapa plot yang paling menarik di buku. Tapi biasanya, sih kalau karakter tetap dibuat sama, cuma alur cerita saja yang berbeda. 

Dimulai dari orangtuanya Hazel. The Lancasters. Orangtua yang harus membesarkan anak dengan kanker, dan langka. Jujur itu amat sulit. Berat banget tanggung jawab yang harus dipikul oleh Orangtua Hazel, pun dengan orangtua Agus. Tapi emang kalau dilihat orang tua Agus terlihat lebih ceria dan hangat ketimbang Bapak Ibunya Hazel. Walaupun memang Bapak ibu Hazel juga sama berjuangnya untuk menjadi orang tua yang baik dan kuat, juga selalu membujuk anaknya entah saat kunjungan ke rumah sakit, bertemu dengan dokter, ataupun untuk menjadi remaja pada umumnya.


Dan yang saya salut adalah kedua Orang tua ini, tidak memperlakukan anak-anak mereka layaknya orang yang sakit, melainkan layaknya anak remaja normal pada umumnya. Mungkin karena emang udah sedari kecil mereka membesarkan anak dengan kondisi seperti itu. Mereka jadi sudah cepat tanggap dan tidak panik ketika anaknya melalui masa-masa kritis. Maka itu, mereka para orang tua yang memiliki anak-anak yang spesial ini merupakan para orang tua yang Setrong! Mungkin kalau saya di situasi begitu, saya malah yang jadi sering ngedrop.


Isaac, si penderita Tumor di mata. Mata sebelahnya sudah tidak bisa melihat, sebentar lagi mata satunya juga akan dioperasi, yang nantinya ia akan buta seutuhnya. Dan cara dia bercerita itu, loh. Nggak ada kesan sedihnya. Padahal dia tidak akan bisa melihat dunia lagi. Dan dia bilang karena dia punya pacar yang seksi. Konyol banget, kan. Walaupun pada akhirnya dia putus dengan kekasihnya, namun kekonyolan si Isaac ini nggak luntur sama sekali. Buat saya karakter Isaac ini amat sangat menghibur. Karakternya yang tempramen tapi juga sahabat yang baik bagi Agus serta Hazel juga. Dan lagi menurut saya dia jauh lebih ganteng daripada si Agus. Senyumnya manis *blushing*



mas Agus dan Mba Hazel

Dan, peran utama kita. Hazel dan Agus, adalah dua karakter yang berbeda. Hazel lebih cuek dan masa bodoh. Sementara Agus adalah pribadi yang ceria dan hangat. Walaupun pada akhirnya, saat Agus yang ternyata yang harus ‘pergi’ duluan, ia sempat merasa down. Dan di saat-saat terahirnya itu, semua sifat dia yang menyenangkan hilang, dan berubah menjadi penggerutu dan menyebalkan. Yah, untungya itu tidak berlangsung lama, dan semua itu berkat Hazel J

trio gesrek 

Tapi saya nggak menyalahkan Agus, kok. Karena bagi saya itu wajar. Siapa yang bisa menghadapi dengan tenang saat kita tahu kapan kita harus pergi meninggalkan orang-orang yang kita sayang? Sementara Agus, Hazel dan Isaac justru dengan santainya (walaupun nangis juga) bisa-bisanya bikin Gladi resik upacara pemakaman! Dan mereka pun masih bisa tertawa :’) Luar biasa.  


eh, apa cuma saya disini yg merasa kalau film ini agak mirip-mirip ceritanya sama A Walk to Remember, yang tokoh utamanya sama-sama harus dibuat meninggal, saat si peran utama mulai merasakan manisnya kedatangan si dia? Iya nggak, sih. Iyakan? Udah, iyain , ajah!


Oh iya, yang paling saya suka adalah bahwa semua tokoh-tokoh pengidap kanker ini (yang di perkumpulan ituh) semua anak-anaknya terlihat amat normal. Mereka terlihat layaknya anak remaja biasa. Nggak terlihat sakit sama sekali. Dan mereka dengan tenang dan santainya bercerita soal penyakitnya. Apalagi pas Isaac cerita soal dirinya. Itu lucu banget, Dan Agus tentunya, dia juga keren!


Mereka bercerita seolah penyakit tidak menghalangi kehidupan mereka. Mereka terus menjalani hidup mereka layaknya orang lain pada umumnya. Salut, sih! Saya ajah yang jarang sakit dan separah-parahnya sakit adalah gejala Tifus, sekalinya cuma sariawan bisa sampe nangis-nangis karena susah  makan. Belum lagi kalau lagi radang atau flu, bawaannya pengen selimutan ajah, walaupun nafsu makan tetep menggila :D


Hazel : mas, kok kamu tega ninggalin aku duluan, kulo mboten sanghup mas

Dan, yak!
Saya juga suka endingnya. Sedih memang, tapi cuma sebentar ajah, walaupun sempet mewek juga karena pada akhirnya Hazel menemukan hingga terakhir Agus hidup pun, dia masih berusaha untuk membuat Hazel bahagia dengan mendatangkan si Houten, buat kasih tau ending bukunya. Walaupun ujung-ujungnya diusir juga.  Dan surat yang Agus kirim, itu pecah banget, sih.

 Okay? Okay! J



Rabu, 03 Februari 2016

Perempuan - Perempuan Tersayang, Kisah Dari Tanah Timor


Perempuan - perempuan Tersayang by Okke 'Sepatumerah'


Okeh...
Kali ini saya bakalan review buku yang baruuu aja selesai saya  baca. Sebenernya buku ini udah lama saya beli, dari tahun lalu malah. Cuma karena semua buku-buku di rumah saya sedang diungsikan - termasuk buku yang ini- karena renovasi rumah, alhasil baru sempet sekarang-sekarang ini saya bisa baca. Buku kali ini novel milik Okke 'Sepatumerah' yg judulnya Perempuan - Perempuan Tersayang. Novel ini adalah novel karya Okke yang ke enam yg saya punya. Sebelumnya saya pertama kali baca novel nya Mba Okke waktu itu judulnya Indonesian Idle (itu juga pinjem dari temen kampus). Dari situ saya jadi suka sama karya-karya nya mba Okke yg lain. Dan setiap mba Okke ngeluarin buku langsung saya berburu deh novelnya.

buku-bukunya sepatumerah yg saya punya. Ada satu lagi Prewedding Rush, cuma sedang berhalangan hadir

Jadi novel ini merupakan salah satu seri Novel Indonesiana yang di publish oleh Gagas Media. Nah, ada beberapa penulis yg ikut bikin seri ini. Semua bukunya mengangkat kedaerahan Indonesia.Oh, iya buku ini saya beli langsung loh ke penulisnya (cieeee) Jadi waktu itu mba Okke di twiter pernah ngetwit soal pemesanan buku terbarunya ini. Bisa langsung dapet free kartu pos n tandatangannya pulak! Wow! Siapa yang ngga tergiur, pleus.... gratis ongkir! doubel WOW! Ini merupakan paket promosi yang amat menggiurkan pemirsah! Maka dari itu tanpa ba-bi-bu langsung, deh saya order.

ada nama saya disituh! :)

Kalo buku nya mba Okke ini setting ceritanya di Kupang, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di kota SoE. Dari mulai tokoh, latar, dan bahasa semuanya khas Kupang. Saya yg ga pernah tau tentang hal-hal berbau Indonesia Timur jadi tau karena novel ini. Kaya misalnya cara salam orang Kupang yg berbeda dengan orang pulau Jawa. Kalau di Jawa kita biasanya cukup salim dan cium tangan di sana justru dengan saling menggesekkan hidung, namanya ciom idong. Sebuah tradisi sebagai pengganti bersalaman atau menyapa orang lain (h.33)

Baeklah...ini review saya. Review ini saya buat suka-suka. Semua berdasarkan apa yang saya baca dan sukai. Jadi kalao reviewnya subjektif, yah...memang begitulah.

siapa perempuan yang amat kamu sayangi saat ini?

Ibu?

Adik?

Kakak?

 atau Sahabat?

 atau mungkin Bos kamu?

atau mungkin juga tetangga kamu?


Kalau seandainya kamu berada di situasi yang harus memilih antara mimpi atau orang yang kamu sayang. Apakah pilihanmu? Apakah kamu bisa memilih dengan pasti mana yang sesuai dengan kata hatimu? Inilah yang terjadi pada Fransin, tokoh utama di Novel Perempuan-perempuan Tersayang.
Novel  ini bercerita tentang seorang gadis asal SoE, sebuah kota kecil di Kupang, Nusa Tenggara Timur yang bernama Fransinia. Fransin yang kini tinggal di Jakarta baru beberapa bulan lalu diwisuda dan baru saja melamar ke beberapa agency untuk bekerja. Salah satu agency yang diidamkannya adalah Admazing. Karena menurut Fransin di Agency ini selain bisa mendapat gaji yang besar, juga karyawannya kelak bisa berkesempatan untuk pindah ke cabang mereka yang lain di seluruh dunia. Hmmm… amat sangat menggiurkan, bukan? Begitupun saya kalau bisa dapet kerjaan disini senangnya pasti bukan main.

salah satu halaman di buku, banyak footnote bahasa kupangnya

Cerita awal pertama adalah saat Banyu, kekasih Fransin yang kini sudah tidak perhatian dan menyenangkan lagi sewaktu dulu. Kini Banyu bagaikan robot yang tiap hari terus disibukkan dengan urusan kantor. Bahkan saat mereka tengah makan berdua pun, gadget tak pernah lepas dari tangannya. bolak-bolak krang-kring-krung bunyi mulu tuh gadget, sampei makan pun ga beres-beres. Kelihatan banget kalau si Banyu ini korban integritas perusahaan. Demi perusahaan, demi jabatannya saat ini, demi harga dirinya sebagai karyawan teladan. Demikianlah salah satu warga kota besar yang penuh ambisi.

Suka kesel ngga sih sama orang kaya gini? Yang workaholic banget! Apa-apa kerjaan, apa-apa meeting, apa-apa urusan klienlah, presentasilah. Kalau emang weekday sih okelah, ampe lembur juga dijabanin. Tapi kalau saat akhir pekan pun masih begini? Apa hidup makin ngga suntuk ya? Tiap hari ngurusin kerjaan melulu. Padahal di luar sana, masih banyak hal menarik yang menunggu kita untuk di sambangi. haseeekkk…!

Jadi, Fransin ini tinggal di Jakarta bersama dengan adiknya Sherly yang masih SMA. Nah, permasalahan terjadi saat Sherly ternyata ketahuan hamil oleh Radya, pacarnya. Tentulah sebagai kakak dan sama-sama perempuan asli bakal kaget setengah idup! Adik semata wayang yang dititipin jauh-jauh tiba-tiba bikin masalah yang amat pelik. Akhirnya mau ngga mau Fransin pun memangil kakaknya Olivianus untuk menjemput Sherly dan juga Fransin untuk kembali ke SoE. Fransin yang masih menunggu panggilan interview beberapa perusahaan termasuk Admazing, terpaksa harus rela  ikut juga ke SoE.

Selama di SoE, awalnya Fransin merasa tidak suka untuk kembali ke kota kecilnya. Karena baginya di SoE  tidak ada yang menarik. Semua yang menarik baginya hanya di Jakarta, pekerjaan impiannya, kekasihnya, dan segala hal yang hanya ada di Jakarta membuatnya makin tidak betah tinggal di SoE. Belum lagi Sherly yang tiap hari masih saja bersedih, menangisi nasibnya dan Radya yang musti tinggal berjauhan, karena keluarga mereka, terutama Olivianus amat sangat menolak kehadiran Radya. Mamatua  yang harus terkena struk ringan akibat keadaan Sherly.  Dan mamatua serta adiknya kompak menjadi sepasang pribadi alien. Bicara hanya seperlunya. Mereka bertiga tinggal di rumah yang sama, namun seperti orang asing, bukan keluarga. Cuma saat Elizabeth, istri Olivianus yang selalu datang tiap pekan membuat kehidupan rumah sedikit mencair. Semua kebosanan itu sedikit terobati ketika Fritz, teman Oliv berkunjung untuk memeriksa mamatua dan Sherly. Fritz adalah dokter dengan pribadi yang hangat sama seperti Elizabeth membuat hari-hari Fransin di SoE sedikit berwarna. Hingga tumbuhlah rasa-rasa di antara keduanya. Rasa apa? Rasa yang kau pun pasti su tau.

Nah, Disaat Fransin mulai sedikit berdamai dengan kehidupannya di SoE, tiba-tiba ternyata ia mendapat panggilan dari Admazing. Kira-kira Fransin bakal ambil ngga ya kesempatan emas itu? Apakah ia akan tega meninggalkan Mamatua, Sherly, dan keluarganya di SoE?
Bagaimana dengan hubungannya dengan Fritz yang sudah kembali dekat?
 Lalu bagaimana nasib Radya, pacarnya Sherly, mau tanggung jawab ngga dia?
Nah, terus Banyu kekasihnya yang ia tinggal di Jakarta, piye?

Jujur kalau saya ada di posisi Fransin saya juga bingung sih. Harus pilih mana? Pilih impian yang tinggal sedikit lagi di depan mata, atau memilih keluarga yang kondisinya amat membutuhkan kita? Dua hal yang amat sulit untuk dipilih. Mungkin kalau saya, sih kalau bisa itu si Admazing kantornya suruh pindahin ajah ke SoE :P (Yakali, tuh perusahaan nenek moyang lu yan!) Terus kalau Fransin akhirnya milih apa ya? Baca sendiri deh gimana akhir cerita novel Perempuan-perempuan Tersayang ini. Kalau penasaran sama endingnya, mending langsung beli dan baca sendiri novelnya! Temukan di toko buku terdekat! J

Novel ini bikin kita berpikir ulang, bahwa apa yang kita hadapi dan temui saat ini, tidak sepenuhnya dan selamanya buruk. Terkadang kita harus berusaha melihat dari sisi yang berbeda untuk akhirnya tau, apa maksud dari semua musibah yang menimpa kita. Bahwa selalu ada alasan yang baik di tiap kesulitan.  Karena apa yang menurut kita baik dan sukai, belum tentu itulah yang kelak akan menjadikan diri kita pribadi yang lebih baik. Terkadang kita harus jatuh-bangun bahkan terus-menerus mengeluh dan menangisi keadaaan kita yang tidak kita inginkan, untuk pada akhirnya bisa mencapai kebahagian bagi semua. Walaupun terkadang ada hal yang harus kita lepaskan untuk mendapat sesuatu yang jauhh lebih baik.  Seekor ulat yang kecil, lembek-lembek, jelek,nggateli, dan lamban, bahkan pada akhirnya bisa menjadi kupu-kupu yang cantik.  J

Nah, Bijak banget saya kali ini, yah