Jumat, 27 April 2012

Biar Waktu Yang Menunjukkan Pilihan

Beberapa waktu belakangan ini saya seolah kembali diingatkan akan mimpi-mimpi saya dulu. Iya sewaktu kecil saya punya banyak mimpi. Dan sekarang saat saya sudah 20tahunan mimpi itu seolah hanya menjadi tullisan pemanis dikala jaman-jaman SD waktu lg boomingnya punya orgi. Yang diisi oleh biodata temen-temen sekolah. Yang isinya ga jauh dari data diri+kata mutiara+cita-cita.

Rasanya saya seolah dicambuk mendengar kata 'cita-cita'. Karena merasa mimpi-mimpi saya seolah hanya sebuah profesi di buku B.indonesia. Semua bermula saat saya membaca Supernova terbaru Dewi Lestari, PARTIKEL. Disitu diceritakan tentang kehidupan seorang gadis muda bernama Zarah yang ingin mencari 'rumahnya'. Dan saat membaca buku itu saya benar-benar merasa terpukul. Karena buku itu mengingatkan kembali akan mimpi-mimpi saya dulu. Kemudian saya tersadar, kemana semua mimpi saya dulu? Saya galau abis. Saya ga tau, apakah karena memang bukunya yang bagus sehingga saya benar-benar terhanyut sama ceritanya. Atau memang saya yang sedang dalam kondisi labil?

Dan beberapa hari berikutnya sewaktu sedang mengajar, ada satu momen lagi yang makin bikin saya tersentak. Saat itu salah satu murid nyeletuk,

"miss dulu waktu kecil mau jadi apa?"

dan dengan enteng nya saya jawab.

"miss dulu waktu kecil pengen jadi pembaca berita"

si anak diem. dan saya dengan semangat cerita bagaimana pekerjaan seorang pembaca berita.

"jadi gini itu loh yang di tipi yang baca berita kaya gini. Selamat siang saudara telah terjadi kebakaran besar... gitu"

si anak kembali  nyeletuk.

"trus ko skarang malah jadi guru?"

saya kembali diam sesaat. Saya baru sadar, iya kenapa saya disini kalo dulu saya amat sangat ingin menjadi seorang reporter. Kemana passion saya dulu?
saya pun cuma bisa jawab,

"yah,,, kan disini lagi belajar dulu, nti kalo udah punya pengalaman baru deh, jadi pembaca berita"

kemudian saya mengalihkan perhatiaanya untuk tidak membahas hal itu lagi dan kembali ke belajar. Cuma itu yg bisa saya katakan. Saya ga berani bilang kalo saya terlalu pengecut untuk mendapatkan mimpi saya. Pastinya sebuah kebahagian yang amat besar kalau sampai kita bisa bekerja sesuai dengan yang kita sukai. Jujur sekitar akhir taun lalu, saya seperi zombi kampus, yang ga tau maunya apa. Yang ga tau harus melakukan apa untuk hidup saya, untuk masa depan saya. Sampai tawaran ini datang. Saat saya terjun kedunia anak-anak. Jujur dulu profesi guru adalah pekerjaan yang paling saya jauhi.Karena saya merasa saya bukanlah orang yang bisa mengajar. Saya percaya kalau mengajar itu adalah bakat. Sama halnya seperti penyanyi. Tidak semua orang memiliki suara yang enak didengar.

Lha wong, kadang belajar buat diri sendiri aja kurang, apalagi harus ngajar anak orang? Saya ga mau bikin anak orang terjerumus jadi sesat kaya saya. Trus mungkin timbul pertanyaan, kenapa saya ambil kesempatan ini, sementara saya tidak suka.

Ini semua karna salah satu teman saya pernah melihat saya sewaktu mengajar di sebuah PAUD. Mereka bilang saya bisa mengajari anak kecil. Dan mereka senang liat saya mengajar anak-anak. Dan karena itu saya ingin membuktikan apa memang saya benar-benar mampu dan sanggup untuk terjun ke dunia anak-anak.

Sebenernya salah satu mimpi saya yang lain yaitu menjadi relawan. Selain menjadi relawan orang utan, juga menjadi relawan untuk anak berkelebihan khusus seperti autis, atau mungkin anak-anak penderita kanker. Saya ga tau kenapa ingin menjadi relawan. Tapi rasanya kata 'relawan' selalu berputar-putar di benak saya. Kata orang emang kalo orang pisces itu jiwa sosialnya tinggi. Bukan bermaksud untuk riya atau apalah namanya, pencitraan de el el. Saya ga butuh nama baik, saya ga butuh image. Saya cuma ingin mimpi saya.

Apapun mimpi saya sewaktu kecil dulu, saya pasti akan wujudkan itu. Entah bagaimana caranya, entah kapan waktunya akan tiba. Saat itu akan saya jemput mimpi-mimpi saya. Dan saat ini, saya sudah mulai berkomitmen bahwa yang saya lakukan saat ini adalah bekal saya untuk menggapai mimpi saya. Saya tau angin sudah mulai banyak menerpa akar saya di tempat ini. Saya tau bahwa tidak ada yang mudah di dunia ini, baik untuk profesi manapun. Dan karena itu saya akan terus berusaha sampai nanti saatnya waktu menunjukkan pilihan untuk saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tiada Kesan tanpa Kehadiranmu