Minggu, 21 Oktober 2012

[Do Not] Forget Your Dream!

Beberapa hari ini saya baru aja mendapatkan fakta bahwa teman-teman saya ternyata sudah banyak yang menikah, dan beberapa lagi akan menikah. Dan hari ini saya baru ngobrol dengan istri-istri baru. Mendengar cerita-cerita mereka yang suaminya rajinlah, mandiri, tapi kalo uda lama-lama jadi rempong bin males, belum lagi urusan ekonomi keluarga, yang begini yang begitu. bla....bla...bla....

Mendengar cerita mereka, malah jadi makin membuat saya untuk tidak mengubah rencana hidup saya. Saya beberapa kali ditanya oleh teman saya yg sudah menikah maupun ortu murid tentang rencana menikah. Dan jawaban saya tetap sama.

"masi lama bu, mungkin 2-3 tahun lagi" "eh.. ga boleh lama-lama, ga boleh gitu..!" begitu mereka jawab. dan saya cuma menjawab dengan cengiran. Iya saya memang belum punya niat untuk menikah. Menikah itu ada di nomor kesekian dari daftar hidup saya. Beruntung ortu saya juga ga menuntut dan memang saya berasal dari keluarga yang tidak menganut nikah muda. Bagi keluarga saya menikah itu paling muda ya umur 24 keatas. Karena bagi mereka menikah itu tidaklah mudah. Tidak cuma modal C.I.N.T.A tapi juga materi dan juga rasa tanggung jawab.

Saya bilang ke teman saya, kalau saya masih mau cari duit dulu, baru setelah itu ngejar mimpi saya. Mereka cuma bilang "wih....!". Its OK! Tiap orang kan beda-beda pandangnnya. Karena saya ga mau saat saya nikah dan hidup bahagia punya anak dan hidup sejahtera justru malah saya jadi melupakan dan mengubur mimpi-mimpi saya. BIG NO!

Karna itu saya harus nyari suami yang ga hanya seiman dan satu tujuan tapi juga satu mimpi. Jadi nanti saya bisa membangun mimpi itu bersama-sama. Bukan hanya tentang mimpi keluarga yang bahagia, punya rumah asri dan luas, dan punya anak-anak yg manis. Tapi juga mimpi pribadi lain tentang passion dan juga dunia yang dulu di impikan. Seperti Kugy dan Keenan yang sama-sama mengarungi dan membangun mimpi bersama-sama. Bagi saya itu terasa utuh :)

Karna itu saat ini, seperti yg saya bilang saat ini fokus saya adalah cari duit sebanyak2nya. Untuk bekal mimpi  saya nanti. Sebenarnya bukan cuma uang, tapi juga percaya diri dan keberanian. Saat ini saya sedang berusaha mengumpulkan 2 rasa itu. Mungkin bagi sebagian orang kalo punya mimpi ya langsung kejar. Tapi saya? jujur ada ketakutan yang cukup besar bagi saya untuk menggapai mimpi itu, Karena itu disini saya sedang belajar dan mematri diri saya untuk menjadi lebih kuat dari sekarang. Jatuh bangun saya lakukan dan lalui dalam menjalani kerjaan saya sekarang. Demi nantinya saya bisa menjadi pribadi yang tangguh. Klo pinjem kata-katanya Perahu Kertas, "jalan kita mungkin berputar, tetapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri"

Saya tidak pernah menyelesaikan apapun saat saya masuk ke dunia yang baru saya tekuni. Seperti beladiri, broadcast, maupun jurnalistik. Karna itu saat saya sudah terjun kedunia anak-anak ini, saya akan berusaha untuk terjun habis, sampai saya akhirnya mampu menghasilkan sesuatu. Setidaknya saat saya rasa saya cukup disini dan selesai, rekan dan keluarga saya tau kalau saya sudah mampu melihat, ini loh hasil saya banting tulang disini. Setidaknya saya tau kalau saya punya karya yg bisa saya banggakan kelak, walaupun sudah tidak di tempat yg sama lagi. Untuk itu saya dikenang sebagai seorang DIAN yg ga pernah lelah mengejar mimpinya.



Rabu, 03 Oktober 2012

Saat Suara dan Hati Sama-sama terpuruk...

seorang ibu selalu tau kapan anaknya sedang sedih, terpuruk atau bahagia. Naluri ibu selalu tak pernah meleset. Tepat sasaran. Sama seperti keadaan saya saat ini. Saat kondisi saya berada di seperempat turunan dan nyaris terjatuh, ibu saya memberi peluru semangat nya lagi. Padahal saya tidak berbicara apapun, bahkan berusaha menutupinya. Tapi naluri ibu selalu tepat. Pagi ini saya sudah mendapatkan suntikan pagi dari beliau. Tentang pekerjaan saya yang kian rempong dan anak-anak yang menggila. Ditambah suara saya yang sudah sebulan lebih masih setia serak. Kekesalan saya sudah hampir puncak sebenernya. Padahal suara adalah modal besar saya di kerjaan saya sekarang.

Yang saya tau saya harus bertahan, karna perjalanan ini jangankan 3/4, bahkan ini belum mencapai garis tengah. Karna itu saya harus bisa bertahan. Melawan kondisi seberat apapun. Karna saya sudah janji pada diri saya akan melakukan segala suatu sampai tuntas, ga setengah-setengah.

Dan lagi ini suara saya makin lama makin sekseh. udah ampir sebulan tapi ga sembuh2. Karna itu sebulan ini juga saya mulai memperbaiki pola hidup saya sedikit. Kaya mulai rajin makan sayur (padahal dari dulu paling males yg namanya makan sayur) ga minum es. Biasanya rajin banget makanin es krim mulu tiap hari, tapi guna mengurangi dampak parah tenggorokan, saya rela buat ga makan es krim. Sakau sih, tapi ya mau gimana lagi. Dan juga mulai ga jajan macem-macem, kaya gorengan dan sejenisnya.

Hari ini saya mencoba memberanikan diri untuk ke dokter. Sebenernya saya ini orang yg paling males berurusan dengan dokter. Kenapa? karna saya benci obat. Kalau ke dokter pasti obat yg dikasi itu ga cukup  satu, minimal 3 macem. Masalahnya mulut saya agak sensi ama obat. Kalau uda kebanyakan seringnya malah obat saya muntahin karna mulut uda ga mentolerir obat untuk masuk. Tapi demi kesembuhan dan kesempurnaan suara saya, saya berkorban. Apapun saya lakukan supaya suara saya bisa normal lagi.

Mudah-mudahan setelah obat-obat ini habis suara saya bisa kembali seperti semula. Jadi bisa karokean lagi deh. Doakan yah!