Kamis, 12 Juli 2012

Zona's Story, Sebuah Penerimaan Hidup

Saya ini suka banget baca novel. Novel apapun asal ceritanya ringan dan mudah dicerna oleh otak saya yang pas-pasan. Dan sejak saya punya uang dari kerjaan serabutan, saya membeli banyak (blm banyak juga sih, baru beberapa ajah) novel2 yang saya sukai. Dan kali ini saya mau review buku-buku yang uda saya baca. Dan kali ini saya mau review novelnya Dewie Sekar yang judulnya 'Zona @ Last'


Trilogi Zona


Jadi ceritanya mba Dewie ini bikin novel trilogi. Yakni yang pertama 'Zona @ Tsunami' trus 'Perang Bintang' dan yang terakhir 'Zona @ Last'. Pertama kali baca seri ini saya waktu itu nemu di perpustakaan kampus saya. Awalnya sebenernya males, apalagi liat bukunya yang lumayan tebel, tapi ternyata setelah saya baca, ceritanya mengalir dan saya nyaman dengan gaya bahasa dan bertutur khas Dewie.


Jadi ceritanya trilogi ini berkisah tentang seorang pria bernama Zona yang menjadi korban tsunami Aceh yang berusaha untuk kembali bangkit akan keterpurukannya dari trauma dan kehidupan cintanya. Di buku pertama, "Zona @ Tsunami" di kisahkan tentang cerita awal bagaimana Zona dan wanita yang disukainya yaitu Mutia yang sama-sama bekerja di Biro Periklanan. Keduanya punya karakter yang keras, terlebih sifat jaim dari Zona yang ampun-ampunan. Jadi seperti kisah dalam serial drama Korea, karena masing-masing ego yang tinggi, keduannya hanya memendam rasa cinta mereka, dan mereka hampir tiap hari terjebak dalam situasi menyebalkan dan tiada hari tanpa adu mulut. Sampai akhirnya Zona ditugaskan ke Aceh yang ternyata justru membuat Zona mendapatkan nasib naas. Menjadi korban keganasan tsunami, tangan kanan Zona menjadi korban. Ia harus kehilangan tangannya. Mutia yang cemas pun datang ke Aceh untuk mencari Zona, namun sayang dalam pencariannya Mutia justru bertemu dengan seorang dokter yang justru membuat cintanya berpaling kepada si dokter. Terlebih dengan sifat Zona yang terpuruk karena harus kehilangan tangan dan menjadi manusia cacat membuat Zona enggan dan tidak berani untuk bertemu dengan Mutia.


Nah, kalo di buku yang kedua "Perang Bintang" awalnya saya ga tau kalo ini merupakan seri lain dari Zona, karena saat saya membaca awal ceritanya justru mengisahkan tokoh lain. Yang ternyata barulah di akhir cerita di sebutkan arah dan plot yang mempertemukan salah satu tokoh di buku ini dengan Zona. Kalau buku yang kedua ini lebih ke cerita tentang tokoh baru. Yaitu seorang janda beranak satu yang jatuh cinta ama bos nya sendiri yang umurnya lebih muda. Lucu dan seru sih untuk buku yg kedua. Saat pikiran-pikiran tokoh pria dan wanita ini memikirkan satu sama lain. Yang satu jaim karena ga terima karna fall in luv dgn janda, sementara yang satu bersikeras bahwa ia tidak boleh jatuh cinta denga bos nya sendiri dan jauh lebih muda, serta status nya yang janda membuat ia stress memikirkan "apa kata orang".


Nah,,,karna dari buku yg kedua inilah saya tertarik untuk melanjutkan seri yang ke3 nya. Dan setelah saya selesai membaca seri yang ke 3 yaitu 'Zona @ Last' ini,  menurut saya ceritanya jauh lebih kelam, suram dan capek. Karena disini lebih menceritakan tentang sisi Zona yang berusaha bangkit dari keterpurukannya. Zona yang katanya ingin bangkit, namun nyatanya ia lebih cenderung hanya meratapi nasib dan berkutat dengan kecacatannya. Agak bosen sih sebenernya baca curhatan Zona, Zona yg mengeluh terus-menerus serta komplain soal hidupnya yg sadis dan kini ia cuma seorang yg ga punya tangan kanan dan cacat. Jadi ceritanya disini Zona lebih ke bagaimana ia mencoba menerima keadaan hidupnya yang sekarang walaupun pait-sepaitnya.


Jadi pendapat saya sebagai penggemar novel-ringan-dan-mudah-dicerna-otak, novel seri 3 Zona ini, kurang begitu greget kalo dibanding buku ke2. Seolah buku ini cuma membahas keluhan, curhatan, dan komplain Zona. Sedangkan sebernenya alur cerita cuma disekitar itu aja, bagaimana penerimaan Zona terhadap dia yang baru. Jadi menurut saya novel ini tidak begitu banyak memberikan letupan-letupan emosi yang berarti. 


Ya...jadi gitu pendapat saya sebagai pembaca sederhana (yang walopun uda sarjana tapi tetep bacaan nya ga suka yg berat-berat). Well,,, segitu dulu reviewnya, berikutnya saya bakal review Partikelnya Dee sama bukunya adhitya Mulya yang barusan aja kemaren malem saya kelarin. 



See Ya!